Seorang manajer yang efektif harus mampu bersikap aktif dan asertif agar pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

Manajer yang asertif mampu mengekspresikan perasaannya dengan jujur dan terbuka, tetapi tetap menghormati perasaan serta hak orang lain.


Manajer Asertif: Tegas tapi Empati

Menjadi asertif bukan berarti menjadi kasar atau otoriter. Manajer yang asertif tahu bagaimana menyampaikan pendapat dan keputusan dengan jelas serta tetap menjaga empati terhadap timnya. Ini berbeda dengan manajer agresif yang cenderung mendominasi atau manajer pasif yang sulit menyuarakan pendapatnya.

Sebagai contoh, dalam situasi di mana seorang karyawan datang terlambat untuk rapat penting, manajer agresif mungkin akan berkata, “Anda selalu terlambat, ini tidak bisa diterima!” sementara manajer pasif hanya diam dan membiarkan kebiasaan ini berlanjut. Manajer asertif akan menanggapi dengan, “Saya perhatikan Anda datang terlambat ke rapat beberapa kali. Bisa kita bahas apa kendalanya dan bagaimana kita bisa memperbaiki ini bersama?” Dengan cara ini, ia tetap menunjukkan ketegasan tetapi juga membuka ruang untuk solusi bersama.


Memahami Tipe Kepribadian

Setiap orang memiliki tingkat asertivitas yang berbeda, yang dapat dikategorikan ke dalam empat tipe utama:

  1. Pasif: Orang dengan kecenderungan pasif sering menghindari konflik, sulit mengatakan “tidak”, dan lebih memilih untuk menekan perasaan atau pendapatnya agar tidak menyinggung orang lain. Contohnya, seorang karyawan yang menerima tugas tambahan meskipun sudah kewalahan karena takut mengecewakan atasannya.
  2. Agresif: Sebaliknya, orang dengan kepribadian agresif cenderung terlalu langsung, sering kali tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Mereka bisa terlihat dominan dan menekan orang lain agar mengikuti keinginannya. Misalnya, seorang manajer yang marah-marah kepada bawahannya tanpa mendengar alasan mereka.
  3. Pasif-Agresif: Individu dengan perilaku pasif-agresif tampaknya bersikap pasif di permukaan, tetapi sebenarnya menunjukkan ketidaksepakatan atau ketidakpuasan mereka dengan cara tidak langsung, seperti mengeluh di belakang, menyabotase tugas, atau memberikan respons sarkastik. Misalnya, seseorang yang setuju untuk mengerjakan tugas tetapi kemudian sengaja menundanya atau mengerjakannya dengan cara yang kurang optimal sebagai bentuk protes tersembunyi.
  4. Asertif: Individu asertif dapat mengekspresikan pendapat mereka dengan percaya diri tanpa merugikan orang lain. Mereka mampu menyampaikan keinginan, batasan, dan kebutuhan mereka dengan jelas, tetapi tetap menghargai hak orang lain. Seorang pemimpin asertif akan berkata, “Saya memahami tantangan yang Anda hadapi, tetapi kita tetap perlu menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Apa solusi terbaik menurut Anda?”

Memahami tipe-tipe ini membantu kita menilai di mana posisi kita saat ini dan bagaimana kita bisa mengembangkan keterampilan asertif yang lebih baik.


Perilaku Asertif untuk Manajemen yang Efektif

Sebagian besar orang berada di antara dua ekstrem tersebut. Namun, baik sikap terlalu pasif maupun agresif dapat menghambat komunikasi dan kerja sama dalam tim. Manajer yang efektif perlu mengekspresikan ide dan perasaannya dengan terbuka, berani mempertahankan haknya, tetapi tetap menghormati hak orang lain.

Misalnya, dalam sebuah rapat, seorang manajer pasif mungkin enggan menyampaikan kritik karena takut menyinggung perasaan anggota tim. Sebaliknya, manajer agresif mungkin menyampaikan kritik dengan cara yang terlalu keras sehingga membuat tim merasa tidak nyaman. Manajer yang asertif akan menyampaikan kritik dengan bahasa yang jelas, tetapi tetap menghargai perasaan orang lain, seperti: “Saya melihat ada beberapa hal yang bisa kita tingkatkan dalam proyek ini. Bagaimana menurutmu jika kita mencoba pendekatan yang berbeda?”


Coba Tanya Diri Anda…

Pernahkah Anda mengalami situasi di mana Anda merasa tidak nyaman berbicara atau memberikan pendapat? Berikut beberapa pertanyaan reflektif yang bisa membantu Anda menilai sejauh mana sikap asertif Anda:

  • Apakah saya cukup asertif dalam menanggapi pujian atas pekerjaan saya? Atau saya cenderung meremehkan diri sendiri?
  • Apakah saya bisa berbicara dengan percaya diri saat berada dalam kelompok orang baru, atau saya lebih memilih diam dan menghindar?
  • Jika seseorang memotong pembicaraan saya, apakah saya bisa mempertahankan pendapat saya dengan tenang dan tegas?
  • Apakah saya bisa menghindari situasi di mana saya dimanfaatkan oleh orang lain, atau saya sering merasa terbebani oleh permintaan yang tidak saya inginkan?
  • Apakah saya mampu memberikan kritik tanpa takut reaksi negatif dari orang lain, atau saya lebih memilih diam meskipun tahu ada hal yang bisa diperbaiki?
  • Apakah saya pernah merasa kesal tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung, dan malah menunjukkan ketidaksetujuan dengan cara tidak langsung seperti mengeluh atau menunda pekerjaan?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu Anda mengenali area yang perlu dikembangkan dalam keterampilan asertif Anda. Jika jawaban Anda cenderung menunjukkan bahwa Anda masih kesulitan dalam bersikap asertif, mungkin sudah saatnya untuk mulai berlatih lebih aktif dalam menyuarakan pendapat dan kebutuhan Anda dengan cara yang tepat.


6 Tips Agar Lebih Asertif

Gunakan “Saya” dalam Pernyataan
Mulailah dengan “Saya berpikir…”, “Saya merasa…”, atau “Saya butuh…” untuk menyampaikan pendapat tanpa terdengar menghakimi.

Persiapkan Diri dengan Baik
Jika menghadapi situasi sulit, kumpulkan fakta terlebih dahulu dan antisipasi berbagai kemungkinan respons dari lawan bicara.

Gunakan Pertanyaan Terbuka
Jika sulit mendapatkan tanggapan dari orang lain, gunakan pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”. Misalnya, “Bagaimana menurut Anda cara terbaik menyelesaikan masalah ini?”

Latih Peran Asertif.
Cobalah bermain peran dengan rekan kerja yang dipercaya untuk melatih bagaimana cara berbicara dan bersikap lebih asertif.

Lihat dari Sudut Pandang Orang Lain
Cobalah memahami mengapa seseorang bersikap tertentu. Misalnya, rekan kerja yang terlalu dominan mungkin merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya.

Bersabar dan Konsisten. 
Menjadi asertif bukan perubahan yang instan. Butuh waktu dan latihan agar lebih nyaman dengan perilaku baru ini. Pada awalnya, orang lain mungkin merasa terkejut dengan perubahan Anda, tetapi dengan konsistensi, mereka akan terbiasa.


Ingin Lebih Percaya Diri dan Asertif?

Jika Anda ingin mengembangkan keterampilan asertif lebih jauh dan belajar cara menghadapi situasi sulit dengan percaya diri, bergabunglah dengan pelatihan Assertiveness kami. Dalam pelatihan ini, Anda akan mendapatkan teknik praktis untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, mempertahankan hak Anda tanpa bersikap agresif, dan membangun hubungan kerja yang lebih positif. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!

Pin It on Pinterest

Share This