Dalam diskusi apa yang mendorong kesuksesan Kepemimpinan di dunia ini, muncul dua istilah besar dalam gaya leadership yang sering dibicarakan. Yang pertama adalah Transactional Leaders dan yang kedua adalah Transformational Leaders. Jadi apa beda ke 2 hal tersebut?
Transactional Leaders fokus pada peran supervisi organisasi dan memastikan kinerja perusahaan tercapai. Mereka sangat perhatian pada kondisi yang saat ini dan pekerjaan hari demi hari untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan Transformational Leaders bekerja untuk meningkatkan motivasi dan pendekatan dengan pengikutnya sehingga mereka mau bersama-sama mengejar visi bersama.
Transformational Leadership merupakan leadership style (gaya kepemimpinan) dimana pemimpin bekerja bersama-sama dengan anakbuahnya untuk mengidentifikasi perlunya perubahan, menciptakan visi dan mengelola perubahan lewat inspirasi dan membuat tim mau punya komitmen bersama untuk maju.
Henna Inam, seorang Contributor di Forbes.com dan Pengarang buku Wired of Authenticity mengatakan bahwa ada 5 yang membedakan pemimpinan dalam mencapai goalnya apakah akhirnya berhasil atau tidak.
- Transformational leaders mau mengambil tanggung jawab (practice taking personal accountability)
- Transformational leaders bisa menghubungkan kekuatan, tujuan dan nilai yang dipegangnya (connect with their strengths, purpose and values)
- Transformational leaders mau melakukan percobaan dengan perilaku yang baru dan ambil tindakan (wiling to experiment with new behaviors and take action).
- Transformational leaders punya pola pikir ingin tahu daripada menghakimi (bring mindset of curiosity rather than judgment).
- Transformational leaders melihat kesempatan dalam perubahan (look for the opportunity in change)
Dalam banyak proses Change Management proyek yang diberikan oleh NBO dengan klien kami, kami bisa melihat bahwa banyak perusahaan yang berusaha mendidik atau menanamkan pemampuan ‘transformational leadership’ ini kepada seluruh jajaran manajemennya baik yang baru di lini satu maupun yang sudah senior. Tujuannya adalah mendorong pembentukan nilai-nilai supaya para manajer bisa lebih:
COPE sangatlah simpel dan gampang untuk diserap oleh semua jajaran manajer, namun sulit untuk dijalankan secara konsisten. Karena itu sangatlah dibutuhkan adanya: P3.
Potential: seorang calon pemimpin dan pemimpin harus memiliki potensi dari dalam dirinya. Potensi harus bisa diukur sebelum calon pemimpin tersebut dicalonkan dan dipilih. Potensi memimpin pertama-tama harus diidentifikasi karena tidak semua orang memiliki potensi cara belajar yang sama. Dengan mengetahui kekuatan yang ada dalam dirinya sendiri maka orang tersebut bisa belajar dengan cara yang lebih efisien dan tepat. Sedangkan keuntungan bagi atasannya adalah atasan akan mampu memberikan bimbingan yang tepat untuk mendukung dan memberikan semangat yang tepat. Ada orang yang perlu ditantang, diinspirasi dan dimotivasi. Caranya berbeda-beda.
Principles: seorang manajer yang baik harus memiliki prinsip kerja yang baik. Walk The Talk and Be a Role Model. Kalau dia tidak memiliki integritas kerja yang baik; maka dia tidak akan dihargai oleh anak buahnya. “Outstanding leaders go out of their way to boost the self esteem of their personnel. If people believe in themselves, it’s amazing what they can accomplish.” – Sam Walton
Banyak membaca buku, mengikuti seminar dan mau belajar keteladanan orang besar akan membuat kita menjadi makin terasah. Sehingga prinsip-prinsip kerja yang kita yakini akan semakin kuat dan bermutu. Orang dihargai karena ilmunya, orang diikuti karena kebijaksanaannya. Jadilah seorang pemimpin yang memiliki visi sehingga tim akan berjalan bersama anda!
People Oriented: seorang pemimpin harus punya anak buah. “To lead people, walk behind them.” – Lao Tzu. Untuk bisa mengatakan bahwa kita adalah pimpinan yang baik, kita harus bisa memiliki tim yang mendukung setiap keputusan yang kita buat, setiap arahan yang ingin kita jalankan. “Saya sangat terinspirasi dengan Atasan saya karena apa yang beliau yakini, katakana dan jalankan semuanya benar-benar baik dan terstruktur sehingga saya yakin akan keberhasilan dari strategi tersebut.” Itu adalah kata-kata yang ingin kita dengar dari Pemimpin yang sukses.
“Good leadership consists of showing average people how to do the work of superior people.” – John D. Rockefeller.
Dalam NBO Leadership Survey yang dilakukan oleh pemimpin dan manajer dari 1000 perusahaan Indonesia yang disurvey di 2016 mengatakan bahwa 64% menilai masalah yang perlu diperhatikan adalah kemampuan dari kepemimpinan dan manajemen skills. Dilanjutkan dengan 42% adalah kualitas komunikasi antara pemimpin dan staf.
Jika ingin transformasi dalam kepemimpinan berhasil maka kita butuh untuk memperbaiki kerangka Kepemimpinan Perusahaan yang terdiri dari Visi, Nilai-Nilai, Strategi, Motivasi, Empowerment dan elemen transformasi.
Susanna S Hartawan,
Managing Director NBO Indonesia
You must be logged in to post a comment.