
Senyum yang selama ini disematkan di wajah kita tidak sesederhana kelihatannya. Secara mudah senyum hanyalah ekspresi ringan yang digerakan oleh beberapa otot di wajah. Namun berdasarkan interaksi sosial dan komunikasi, senyum itu kompleks, dinamis dan memiliki kekuatan besar. Dan tidak seluruhnya mengekspresikan emosi positif, beberapa di antaranya dapat menyembunyikan perasaan yang kurang menyenangkan.

Banyak senyum yang digunakan untuk bersikap sopan dan menunjukan bahwa kita mengikuti aturan. Tetapi senyum juga dapat menjadi cara efektif untuk memanipulasi orang lain atau mengalihkan mereka dari perasaan kita yang sebenarnya. Dan kemungkinan besar, simbol universal kebahagiaan ini sering digunakan sebagai topeng semata.
Penelitian telah menunjukan bahwa orang-orang sangatlah tanggap dalam hal membaca dan mengenali senyum dalam situasi sosial. Banyak juga yang dapat dengan benar mengidentifikasi jenis senyum yang mereka lihat, dan melihat senyum tertentu dapat memiliki efek psikologis dan fisik yang kuat terhadap orang.
Berikut 10 tipe Senyum Utama dan artinya:

Reward smile (Senyum Hadiah)
Banyak senyuman muncul dari perasaan positif (kepuasan, persetujuan, atau bahkan kebahagiaan di tengah kesedihan). Para peneliti menggambarkan ini sebagai “reward” smile karena kita menggunakannya untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain.
Senyum ini melibatkan otot-otot di mulut dan pipi aktif bersamaan, seperti halnya di area mata dan alis. Rangsangan yang lebih positif dari indera meningkatkan perasaan menyenangkan dan mengarah pada penguatan yang lebih terhadap perilaku. Misalnya, ketika bayi tiba-tiba tersenyum pada ibunya, hal ini merangsang pusat dopamin pada otak ibu. (Dopamin adalah senyawa kimia yang memberi rasa senang). Dengan demikian, sang ibu merasa dihargai atas kebahagiaan bayinya.

Affiliative smile (Senyum Penghubung)
Terkadang senyum juga digunakan untuk meyakinkan orang lain, bersikap sopan, dan mengkomunikasikan rasa percaya, rasa memiliki serta niat baik. Senyum ini dikategorikan sebagai “affiliative” smile karena berfungsi sebagai penghubung sosial.
Senyum lembut sering dianggap sebagai tanda kasih sayang. Senyuman ini melibatkan tarikan ujung bibir ke atas, sering kali memunculkan lesung pipi.
Menurut penelitian, bibir tetap tertutup selama tersenyum masih dikategorikan affiliative smile. Menjaga bibir tetap tertutup mungkin adalah bentuk kebalikan dari memamerkan gigi yang dianggap agresif.

Dominance smile (Senyum Dominasi/Mencibir)
Senyum sering digunakan untuk menunjukan superioritas, menyampaikan penghinaan atau ejekan, dan membuat orang lain merasa lemah atau sering kita sebut dengan mencibir. Mekanisme senyum ini berbeda dengan reward smile dan affiliative smile.
Senyum Dominasi lebih cenderung asimetris; satu sisi mulut ke atas dan sisi lainnya tetap di tempat atau tertarik ke bawah. Selain gerakan-gerakan ini, senyum dominan juga mencakup lengkungan bibir dan mengangkat alis untuk mengekspos lebih banyak bagian putih pada mata, yang keduanya merupakan sinyal kuat dari rasa jijik dan marah. Senyum ini adalah ancaman nonverbal dan tubuh merespons dengan tepat.

Lying smile (Senyum Menipu)
Jika Anda mencari pendeteksi kebohongan yang sangat mudah, wajahlah jawabannya. Menurut penelitian, penegak hukum yang paling berpengalaman hanya melihat pembohong dalam sekejap dari wajah.
Sebuah studi tahun 2012 melakukan frame-by-frame analysis dari orang-orang yang difilmkan secara publik saat memohon kembalinya anggota keluarga yang hilang. Setengah dari orang-orang tersebut kemudian dihukum karena ternyata mereka terbukti membunuh kerabat yang hilang tersebut. Di antara para penipu yang diteliti, otot zygomaticus major (otot yang menarik bibir Anda untuk tersenyum) berulang kali berkedut. Hal ini tidak terjadi dengan mereka yang benar-benar berduka.

Wistful smile (Senyum Kesedihan)
Film klasik 1989 “Steel Magnolias” akan mengingatkan kita tentang adegan pemakaman ketika M’Lynn (diperankan oleh Sally Fields) tertawa terbahak-bahak pada hari dia menguburkan putrinya.
Para ahli di National Institutes of Health berpikir bahwa kemampuan untuk tersenyum dan tertawa selama proses berduka membantu Anda saat pulih. Menariknya, para ilmuwan juga beranggapan kita mungkin tersenyum selama sakit fisik untuk tujuan perlindungan.
Para ahli memantau ekspresi wajah orang-orang yang menjalani prosedur menyakitkan dan menemukan bahwa mereka lebih banyak tersenyum ketika orang yang dicintai hadir dibanding ketika mereka sendirian. Mereka (para ahli) menyimpulkan bahwa orang menggunakan senyuman untuk meyakinkan orang lain jika mereka “baik-baik saja”.

Polite smile (Senyum Kesopanan)
Anda sering melempar senyum kesopanan, ketika pertama bertemu seseorang, saat akan menyampaikan kabar buruk, dan saat menyembunyikan respons yang Anda yakin tidak akan nyaman/disukai orang lain. Situasi sosial yang membutuhkan ekspresi yang menyengangkan dalam waktu yang lama..
Sebagian besar senyum sopan melibatkan otot zygomaticus major, tetapi tidak melibatkan otot orbicularis oculi. Dengan kata lain, mulut Anda tersenyum namun mata Anda tidak. Senyum yang sopan membantu kita menjaga jarak antar orang. Sementara senyum hangat yang dipicu oleh perasaan tulus cenderung membuat kita lebih dekat dengan orang lain, kedekatan tersebut tidak selamanya sesuai.
Banyak situasi sosial membutuhkan keramahan yang sesuai namun bukan keintiman emosional. Dalam situasi itu, peneliti menemukan bahwa senyum sopan sama efektifnya dengan senyum tulus.

Flirtatious smile (Senyum Genit)
Situs kencan, psikologi, dan bahkan dokter gigi sering memberikan saran bagaimana cara menggunakan senyum Anda untuk memberi kesan mendalam kepada seseorang. Bibir rapat dan alis diangkat (senyum menggoda), tersenyum sedikit sambil menundukkan kepala (senyum tersipu), tersenyum dengan sedikit krim atau buih kopi di bibir (senyum lucu).
Meski ada berbagai pengaruh budaya dan relatif sedikit bukti yang mendukung efektivitasnya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tersenyum membuat Anda lebih menarik.

Embarrassed smile (Senyum Malu)
Sebuah penelitian tahun 1995 yang sering dikutip menemukan bahwa senyum yang dipicu oleh rasa malu sering diindikasikan dengan kepala sedikit tertunduk dan pandangan bergerak ke arah kiri. Dan mungkin juga akan lebih sering menyentuh wajah Anda. Dan penelitian tahun 2009 tentang senyum malu memang mengkonfirmasi gerakan kepala. Namun, tidak mengkonfirmasi bahwa orang yang malu biasanya tersenyum dengan mulut tertutup. Senyum mereka cenderung tidak bertahan lama seperti halnya senyum geli atau senyum sopan.

Pan Am smile (Senyum Pan Am)
Senyum ini mendapatkan julukannya dari pramugari maskapai Pan Am yang dituntut untuk tetap tersenyum dalam keadaan apapun, meski pelanggan dan keadaan memaksa mereka ingin membuang sepatu ke wajah seseorang yang menjengkelkan.
Dengan kata lain senyum yang dipaksakan dan palsu. Studi menunjukan ketika seseorang berpose, mereka menggunakan usaha ekstra untuk menarik otot zygomaticus major mereka. Akibatnya, sudut mulut menjadi lebih tinggi dan banyak gigi yang terlihat. Senyum ini dikatakan dapat dapat mempengaruhi kesehatan Anda.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Occupational Health Psycology menemukan bahwa orang-orang yang harus memalsukan kebahagiaan secara teratur di tempat kerja sering berakhir dengan minum-minum untuk membuang stres mereka pasca jam kerja.

Duchenne smile (Senyum Duchenne)
Standar emas dari senyum. Senyum Duchenne juga dikenal sebagai senyum kegembiraan sejati. Senyum ini melibatkan mulut, pipi, dan mata secara bersamaan. Dimana wajah Anda akan nampak bersinar ketika tersenyum. Senyum Duchenne yang nyata membuat Anda terlihat dapat dipercaya, autentik, dan ramah. Ekspresi ini digunakan untuk menghasilkan pengalaman layanan pelanggan yang lebih baik. Dan sering dikaitkan dengan umur lebih panjang serta hubungan yang lebih bahagia.
Senyum memang bervariasi dan memiliki fungsi penting dalam sistem interaksi manusia, entah untuk mengekspresikan luapan perasaan yang tulus atau sengaja diciptakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Senyum dapat digunakan untuk menghargai, menginspirasi, memaksakan dominasi, menipu, menggoda, mempertahankan norma sosial, menunjukan rasa malu, bahkan mengatasi rasa sakit.
Dibalik semua ambiguitas dan keragamannya, senyuman adalah salah satu cara paling ampuh yang kita miliki untuk mengomunikasikan siapa diri kita dan apa yang kita maksud dalam konteks sosial. Jadi, sudahkah Anda tersenyum hari ini?
You must be logged in to post a comment.