Beragam posisi tertinggi dan strategis di organisasi dijabat oleh perempuan. Mereka adalah perempuan tercerdas dan tertangguh yang menduduki posisi sebagai pimpinan organisasi, pengusaha, investor, scientist, filantropis yang setiap hari meninggalkan jejak inspirasional dalam heroisme karir mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Centre, sejak tahun 2005 hingga 2016, jumlah pemimpin perempuan secara signifikan meningkat. Empat faktor digunakan untuk mengukur keberhasilan mereka dari segi finansial (net worth, company revenues, atau GDP); media presence, daya pengaruh; and dampak sosial kehadiran mereka. Keempat factor tersebut diukur dalam setiap bidang yang mereka tekuni (media, teknologi, bisnis, filantropi, politik, dan industry finansial)

Penelitian yang dilakukan HBR, peneliti mengukur apa yang disebut “Boldness Index” terhadap para pemimpin perempuan dan laki-laki. Terdapat 7 indikator pengukuran yaitu challenges standard approaches, menciptakan suasana perbaikan berkelanjutan, melakukan berbagai usaha untuk mencapai target, mendorong tim untuk melakukan lebih dari yang bisa mereka lakukan, mendorong tim melakukan tujuan menantang, dengan sigap mengenali situasi dimana perubahan perlu dilakukan, dan memiliki dorongan untuk melakukan perubahan. Hasilnya adalah perempuan bertindak lebih berani dalam urutan ke52 percentile dibandingkan pemimpin laki-laki.

Ternyata ini Rahasianya Mereka!

 

It’s in their DNA

Bagi perempuan, menjadi seorang pemimpin ternyata lebih dari sekedar ditempatkan pada posisi strategis sebagai pemimpin, memiliki keahlian teknis dan kompetensi kepemimpinan tertentu. Menjadi pemimpin membutuhkan perubahan identitas.

Seseorang menjadi pemimpin ketika ia mampu menginternalisasi identitas kepemimpinan dan mengembangkan sense of purpose.

 

Visi Misi Personal sejalan dengan Visi Misi Organisasi

Keduanya ternyata dapat saling mendukung. Mereka memiliki gairah yang besar terhadap menjalankan visi dan misi organisasi, menginspirasi tim.

 

Kecanggihan teknologi

Kecanggihan teknologi yang memudahkan para perempuan hebat ini mengakses pekerjaan, memonitor, mendelegasi, menginspirasi, dan memonitor tim menjadi bagian dari support system yang mendukung perkembangan karir mereka. Ekspektasi social terhadap para pemimpin perempuan menuntut mereka untuk available 24/7 ketika urusan pekerjaan perlu segera dihandle saat di rumah. Tentunya pengorbanan waktu dan kompromi dibutuhkan dalam hal ini.

 

Work-life Balance

Menyeimbangkan work-life balance menjadi satu tantangan tersendiri, sementara menjadi inspirator di organisasi menjadi motivasi untuk lebih sukses lagi dalam karir. Excitement that keep their career alive! Kualitas yang perlu dimiliki untuk menjaga keseimbangan ini adalah perencanaan strategis dan prioritisasi. Support system yang kuat di rumah, termasuk di dalamnya pasangan dan keluarga besar yang suportif dan penuh pengertian adalah kunci utama. Komunikasi adalah segalanya. Kejelasan setiap pergerakan dan menjadi pribadi yang lebih apresiatif untuk setiap dukungan yang diberikan menjadi penguat support system.

 

They Just do it!

Berdasarkan penelitian psikolog sosial dalam HBR, Faye Crosby, pemimpin perempuan tidak sadar akan adanya diskriminasi gender yang terjadi di sekitarnya. Ia hanya menampilkan performa terbaiknya, mereka merasa empowered, bukan sebagai korban. Seandainya pun diskriminasi mereka alami, mereka mengambil tindakan akan hal tersebut. Mereka melakukan penyesuaian pekerjaan dengan kehidupan pribadi sambal tetap memenuhi tuntutan organisasi.

 

Lantas  tindakan apa yang dapat organisasi lakukan untuk mendukung dan memberi akses kepada perempuan dapat menjabat posisi tinggi? Mengedukasi perempuan dan laki-laki mengenai kecenderungan bias gender dalam organisasi, menciptakan suasana bekerja “identity workspaces” untuk mendukung penyesuaian terhadap peran yang lebih besar, berinvestasi lebih untuk program pengembangan kepemimpinan pada talent perempuan.

 

Putri Guenantine
VP People Development

Pin It on Pinterest

Share This